All Stories
hasbi@kirim.email

TikTok Akan Mendisrupsi Semua Industri? Begini Strateginya


 

TikTok Akan Mendisrupsi Semua Industri? Begini Strateginya

 

Bismillah...

 

Hi, Pebisnis Cerdas!

 

Di Indonesia sekitar tahun 2018, tepatnya pada tanggal 3 Juli, TikTok secara resmi diblokir oleh Kominfo Indonesia karena beberapa alasan yang dinilai cukup mengkhawatirkan pada saat itu.

 

Dirasa terlalu banyak konten negatif yang cenderung mengarah pada kekerasan, ujaran kebencian, dll membuat Menteri Kominfo pada tahun 2014-2019, Rudi Antara memutuskan untuk melakukan pemblokiran TikTok secara resmi.

 

Namun apakah hal itu merupakan akhir dari penggunaan platform TikTok di Indonesia?

 

Ternyata, setelah pemblokiran tersebut, CEO dari TikTok sendiri, Kelly Zhang, langsung nekat mendatangi Indonesia untuk menindaklanjuti pemblokiran tersebut mengingat Indonesia merupakan target market utama dari TikTok.

 

Akhirnya dengan menerima segala batas peraturan dari pemerintah, seperti batas minimal usia, dan penghapusan konten-konten negatif, pemblokiran TikTok di Indonesia secara resmi dibuka kembali oleh Kominfo.

 

Disinilah akselerasi pertumbuhan pengguna TikTok justru dimulai.

 

Di mulai dari tahun 2020, saat masa-masa Lockdown diaktifkan, TikTok mulai sangat diminati oleh masyarakat dari berbagai belahan dunia manapun sebagai pelarian dari rasa jenuh terus berdiam diri di rumah saat itu.

 

Dimulai dari konten-konten kreatif, tarian hingga sekarang segala jenis konten pun ada di TikTok, seperti edukasi, kesehatan, hiburan, berita terkini, dan lain sebagainya.

 

Bahkan 4 tahun setelah peluncurannya, tercatat bahwa ternyata aplikasi TikTok telah berhasil mencapai 3 miliar kali download secara global, dengan rata-rata penggunaan per hari sekitar 89 menit.

 

Bisa dibayangkan betapa tingginya pengaruh TikTok sekarang di kancah global.

 

Lantas bagaimana jika TikTok akan merevolusi persaingan bisnis di masa depan dan memicu perang opium modern?

 

Maka dari itu pada email ini, saya akan membahas mengenai Strategi TikTok Dalam Mendisrupsi Semua Industri yang telah saya rangkum dari video pembahasan Dr. Indrawan Nugroho, CEO dan Co-founder CIAS, di channel Youtube beliau sendiri “Dr, Indrawan Nugroho.”

 

So, yuk kita bahas..

Berbicara tentang opium secara singkat, opium / apiun / candu adalah bahan baku narkotika berupa getah yang dapat memicu rasa kecanduan pada penggunanya.

 

Dan di tahun 1839, China dibuat runtuh oleh penjualan opium ilegal dari Inggris yang telah berhasil merusak masyarakat China pada saat itu.

 

Lantas apa hubungannya TikTok dengan perang opium tersebut?

 

Sekarang, TikTok pun kerap dinilai menjadi “The New Opium” atau opium jenis baru yang bisa menimbulkan efek candu pada penggunanya.

 

Jika dulu China yang diserang, justru kini sangat sulit disadari China lah yang melakukan penyerangan secara diam-diam melalui platform digital TikTok nya yang sangat adiktif.

Petama-tama, seorang sosiolog di bidang digital & komunikasi, Dr. Julie Albright secara khusus mengungkap bahwa setidaknya 2 hal ini muncul pada diri seseorang ketika menonton video di TikTok; yaitu Intermittent Reinforcement dan Dopamine Effect.

 

Intermittent reinforcement memicu rasa penasaran seseorang untuk terus berusaha keras mendapatkan kepuasan yang diinginkan.

 

Dan saat scrolling TikTok, hal ini jelas muncul ketika Anda terus mencoba scrolling ke bawah sampai Anda dapat melihat video TikTok yang dirasa menarik, kemudian timbullah efek kesenangan pada diri Anda / Dopamine Effect.

 

Tak berhenti disitu, Anda akan terus menerus dibuat penasaran dengan video-video selanjutnya sehingga non-stop scrolling dalam jangka waktu yang mungkin cukup lama hingga Anda mendapat rasa kesenangan lagi dan lagi, hingga bisa dibilang jadi “candu.”

 

Selain itu, format video TikTok yang pendek pun cenderung memicu attention span seseorang sangat terbatas, yang secara riset dapat membuat seseorang jadi kesulitan belajar, merasa cemas, memiliki hubungan yang buruk, dan penyakit mental.

 

Kedua, TikTok mampu menunjukkan kepada siapapun termasuk Anda, bagaimana rasanya jadi terkenal dalam waktu singkat dengan gencar mempromosikan video yang Anda unggah ke sebanyak mungkin audience yang diprediksi akan tertarik.

 

Berangkat dari situlah, banyak pengguna baru kaget kok video nya bisa ditonton ribuan bahkan jutaan orang hanya dalam hitungan hari.

 

Tentu saja Anda akan dibuat senang dan terdorong untuk segera membuat video lainnya lagi dan lagi karena ingin mengulangi rasa kepuasan terkenal layaknya seleb.

 

Tapi, kerap kali konten TikTok ini membahayakan penggunannya, khususnya anak-anak / remaja.

 

Sebut saja salah satunya yaitu tren TikTok Challenge, seperti Benadryl Challenge dimana remaja ditantang untuk minum dosis besar dari obat anti alergi itu untuk memicu halusinasi.

 

Contoh lainnya, Blackout Challenge dimana remaja menahan nafas sampai pingsan, dan masih banyak lagi.

 

Ketiga, seorang Dokter, Jessica Griffin mengatakan bahwa kecanduan menonton TikTok terlalu lama dapat menimbulkan masalah pada tingkat perhatian, konsentrasi, dan memori jangka pendek.

 

Sampai sini, mungkin Anda pun dapat melihat koneksi nya dengan "perang opium modern" yang dimaksud, bahwa ternyata “TikTok pun bisa memicu kecanduan”, Opium digital yang bisa merusak satu generasi.

 

Bisa saja kali ini China menggunakan TikTok sebagai senjata yang memabukkan di perang opium modern “versinya sendiri” untuk membalas kekalahan nya pada perang opium dulu.

 

Yang tanpa disadari mampu melemahkan kedigdayaan lawan-lawannya, membawa informasi-informasi kunci yang bisa menentukan hidup dan mati lawannya yang secara tidak langsung bisa memberikan China daya tawar yang kuat dalam konstelasi persaingan bisnis politik dunia.

Mungkin dulu kita melihat bisnis yang berhasil adalah bisnis dengan kantornya yang megah, karyawannya yang banyak, dan kecanggihan teknologinya.

 

Berbeda jauh dengan sekarang dan di masa mendatang, kunci kedigdayaan suatu bisnis justru terletak pada model bisnis dan ekosistem yang membentuknya.

 

Sekarang saja mungkin bisa kita lihat sendiri bahwa Bank tidak hanya bisa mengandalkan bunga simpanan atau pinjaman, perusahaan manufaktur tidak harus punya pabrik besar, musisi tidak bisa hanya bergantung pada suatu label rekaman, dan masih banyak contoh lainnya.

 

Lalu sekarang, apa yang diperlukan agar bisnis tetap bisa digdaya?

Siapa yang memegang data paling banyak, paling lengkap, paling akurat, dan mampu mengolahnya untuk menghasilkan insight akan bergerak seribu langkah lebih maju didepan.

Selanjutnya adalah empati.

 

Dia yang paling memahami psikologi pelanggannya, sosiologi marketnya sehingga mampu menemukan kebutuhan dasar yang belum terpuaskan akan melihat jutaan peluang jauh hari sebelum yang lain menyadarinya.

Terakhir, dengan kreativitas, Anda akan mampu menghubungkan setiap titik data dengan kebutuhan yang tidak terpuaskan.

 

Hal tersebut secara tidak terduga akan menciptakan lompatan nilai yang sebelumnya tidak terbayangkan oleh para pelaku industri dan bahkan oleh pelanggannya sendiri.

 

Mungkin sebagian Anda bertanya-tanya kok teknologi tidak masuk pada daftar diatas?

 

Lagi, kembali pada model bisnis nya, bisa saja Anda memanfaatkan & mengembangkan teknologi yang ada untuk mengaktifkan sebuah model bisnis baru yang disruptif, seperti Netflix, Gojek, dan Uber.

 

Dan hubungan dengan TikTok, ketiga hal tersebut diatas secara jelas telah dimiliki oleh TikTok.

 

TikTok merupakan alat penyedot data yang sangat masif dengan sistem AI nya yang mampu memahami penggunanya dengan sangat baik, bahkan mungkin lebih baik dari si penggunanya sendiri saat ingin memahami diri nya sendiri.

 

TikTok juga membuka pintu gerbang kreativitas para penggunanya dari berbagai bidang tanpa batas.

 

Dari modal-modal itulah, TikTok mampu tanpa henti berinovasi hingga sekarang dengan fitur-fitur nya yang sangat luar biasa bervariasi, mulai dari video pendek hingga fitur TikTok Shop dan Live yang membantu para pebisnis menggencarkan penjualannya.

 

Namun bisa saja, TikTok ini ternyata bukanlah tujuan akhir dari China. Melainkan hanya senjata digital untuk mencapai tujuan yang lebih besar kedepannya, senjata yang tanpa henti memasok berbagai data, empati, kreativitas untuk China sendiri.

 

Senjata yang mungkin bisa membuat China secara perlahan menguasai dunia dan menaklukkan industri demi industri tanpa kita menyadarinya.

 

Jadi, siapkah Anda untuk bersaing dengan bisnis di masa depan?

 

Nah itulah rangkuman bagaimana TikTok mengatur strategi nya dalam mendisrupsi semua industri dan cara Anda untuk bersaing di bisnis masa depan.

 

Rangkuman dalam email ini saya ambil dari video YouTube Channel Dr. Indrawan Nugroho berikut :

Video
 

Dari pembahasan diatas, salah satu hal yang paling sederhana nya yang bisa kita pelajari mungkin adalah pentingnya menjaga hubungan dengan pelanggan. Bahkan mungkin kita bisa bicara hati ke hati dengan pelanggan kita.

 

Dimana nantinya akan terjalin rasa empati antara pelanggan dan kita. Biasanya hal ini bisa berujung dengan pembelian yang rutin oleh pelanggan bahkan dalam jumlah besar sekalipun.

 

Jika saya ditanya bagaimana bisa bicara hati ke hati dengan pelanggan yang paling baik, mungkin saya akan menjawabnya dengan email. Kenapa?

 

Karena email mungkin adalah salah satu channel yang paling private yang bisa kita pakai untuk terhubung dengan pelanggan, bahkan dengan interupsi yang paling minim jika dibandingkan dengan channel lain, seperti aplikasi chat.

 

Semakin private dan bebas intrupsi komunikasi kita dengan pelanggan, secara logis penawaran kita akan bisa "diresapi" oleh pelanggan kita. Dan akhirnya bisa berujung pada penjualan.

 

Nah, kalau Anda ingin memulai email marketing saat ini, Anda bisa memulainya dengan KIRIM.EMAIL sekarang. KIRIM.EMAIL didesain khusus untuk Anda para pebisnis di Indonesia, sehingga mudah digunakan dan sangat intuitif.

 

Jadi, silakan mulai gunakan KIRIM.EMAIL untuk bicara hati ke hati dengan pelanggan Anda:

Jangan lupa gunakan kode kupon CABIS untuk mulai menggunakan KIRIM.EMAIL dengan potongan langsung 10% sekarang juga.

 

Dan itulah rangkuman untuk episode CatatanBisnis.com pekan ini, sampai bertemu minggu depan. :)

 

Terima kasih

 

-Hasbi Putra

Other stories

Powered by