All Stories
hasbi@kirim.email

Conversion Rate Rendah? Bagusnya?


 

Conversion Rate Rendah? Bagusnya?

 

Bismillah...

 

Berbicara tentang marketing, tak bisa kita pungkiri ujung-ujungnya pasti mencari buyer ataupun pembeli.

 

Apapun upaya marketing nya dan dimanapun kita menjalankannya, di media sosial, iklan, event dll, mungkin tujuan akhir dan paling utamanya adalah supaya orang lain beli / closing sebanyak-banyaknya.

 

Semakin banyak yang closing, semakin besar juga peluang bisnis kita untuk maju dan berkembang.

 

Tapi, dari sekian banyaknya aktivitas marketing yang kita jalani, selanjutnya kita juga perlu untuk melakukan evaluasi.

 

Seperti apa kira-kira perbandingan antara upaya yang kita keluarkan sejauh ini dengan jumlah pembeli yang closing, apakah masih kurang apa sudah memenuhi target, atau ternyata lebih untung.

 

Dalam dunia bisnis, ini seringkali kita kenal sebagai Conversion Rate / Rasio Konversi.

 

Conversion Rate ini mungkin sudah lama menjadi alat ukur keberhasilan dalam penerapan strategi digital marketing yang cukup efektif.

 

Melalui Conversion Rate, kita kemungkinan besar bisa lebih terbantu untuk mendesain program marketing kita kedepannya yang punya peluang bisa menghasilkan closing yang lebih besar.

 

Tapi, ada beberapa variabel yang perlu kita garap untuk memproses Conversion Rate ini dengan baik.

 

Maka pada email CaBis kali ini, saya akan membahas mengenai Cara Meningkatkan Rasio Konversi Penjualan yang telah saya rangkum dari video pembahasan Dr. Indrawan Nugroho dengan Pak Saiful Islam.

 

So MarKiBas, Mari kita bahas..

Pertama-tama kita mungkin harus mengenal dulu siapa Dr. Indrawan Nugroho & Pak Saiful Islam. Dr. Indrawan adalah seorang expert dalam bidang bisnis dimana beliau jagonya dalam Business Strategy, Corporate Innovation, Product Innovation, Design Thinking, dan lain-lain.

 

Sedangkan, Pak Saiful Islam adalah founder dari Nginbound.com, dimana beliau merupakan salah satu expert dari sisi marketing dalam bisnis dengan teknik inbound marketing, yaitu teknik Customer Concentric, yang sangat selaras dengan bahasan CatatanBisnis kita kali ini yaitu cara meningkatkan rasio penjualan dalam digital marketing.

 

Jadi memang jika bicara tentang bisnis dan marketing, beliau-beliau ini adalah salah satu jagoannya.

Secara umum, saat kita berproses marketing, ada yang namanya Customer Journey atau mungkin sama konsepnya dengan Sales Funneling yang lebih terkenal.

 

Mulai dari customer aware dengan produk bisnis kita, kemudian merasa tertarik dengan edukasi-edukasi yang kita berikan, sampai akhirnya mereka melakukan purchase decision.

 

Bahkan lebih dari itu, ada 1 step lagi dimana kita bisa mengkonversikan mereka dari sekedar customer menjadi promoter dengan kita mengetahui konsep nya.

 

Namun berbicara intinya, sebenarnya dari step by step marketing yang kita jalani, tentu membutuhkan yang namanya cost / biaya. Disinilah mengapa kita harus juga mulai mempertimbangkan.

 

Cost biasanya akan menjadi tolak ukur yang paling pertama dalam mengukur seberapa efektif dan efisien strategi marketing yang kita jalankan, atau ukurannya dalam bisnis yaitu Return On Investment (ROI) atau lebih spesifiknya Return On Marketing Investment.

 

Lalu bagaimana cara mengukurnya? Yang paling pertama & utama, kita harus menerapkan yang namanya Close Loop System.

 

Maksudnya adalah kita harus benar-benar bisa melakukan tracking dari setiap cost dan spending yang kita keluarkan.

 

Dari titik awal, kita harus sudah tahu saat di step membangun awareness, apa saja kira-kira strategi marketing yang bisa kita lakukan. Mungkin misal mengenalkan produk kita lewat media sosial, event, dll.

 

Setelah itu, berlanjut ke step Consideration dimana kita mulai mengedukasi & memotivasi market dari sekedar datang sebagai traffic hingga akhirnya decide untuk membeli. Mungkin bisa dibilang disinilah fase kita mendorong customer.

 

Namun, kita juga harus mulai pahami sebetulnya proses yang kita perlukan dalam mengubah traffic menjadi customer ini mungkin bisa dibilang cukup panjang.

 

Bisa jadi kita bisa mendatangkan banyak traffic, namun susah-susah gampang saat mengkonversi mereka jadi customer.

Selain mendatangkan traffic, yang paling crucial dan yang paling menguras banyak tenaga & biaya sebetulnya ada di fase Consideration, bagaimana kita mengedukasi dan memotivasi market untuk akhirnya mereka mau beli.

 

Sebetulnya, disini kita tidak bisa hanya membicarakan customer saja, tapi juga tentang product fit.

 

Seberapa besar value produk bisnis yang bisa kita tawarkan untuk memenuhi kebutuhan market.

 

Dengan kita memaksimalkan produk fit kita dan market sudah teredukasi dengan baik, mungkin tanpa kita suruh untuk beli pun, customer akan beli dengan sendirinya karena memang mereka membutuhkan produk kita untuk memenuhi apa yang sedang mereka cari.

 

Jika sudah berhasil disini, kita pun tinggal menambahkan 1 step lagi yaitu Delighting Customer.

Delighting Customer ini merupakan tahapan dimana kita mengkonversi mereka dari sekedar customer menjadi promoter.

 

Kita bisa saja mengekspansi marketing kita tidak hanya dari sisi internal, tapi juga dari eksternal customer kita.

 

Nah, sampai disini, kira-kira apa yang bisa kita ambil kesimpulan? Menurut saya, mungkin ketika kita bicara tentang conversion rate, rasio yang perlu kita lihat bukan hanya diujung, berapa banyak orang yang beli. Tapi justru penting untuk kita ketahui rasio di setiap tahapan Sales Funneling kita.

 

Dengan begitu, kita akan lebih mengetahui di tahapan mana kira-kira rasio yang perlu kita maksimalkan lagi, dimana proses yang perlu diperbaiki, dsb.

Perihal validasi, mari kita ambil contoh kasus bisnis fashion.

 

Misal bisnis Anda menjual fashion, saya pun menjual fashion. Meskipun kita sama-sama menjual brand di bidang yang sama, bisa jadi karena karakter audience kita berbeda, ya tentu strategi marketing yang dipakai pun akan berbeda juga.

 

Misal audence bisnis fashion Anda adalah mamah-mamah muda, sedangkan saya audience nya lebih ke anak-anak muda. Tentu dari style, channel marketing, dan gaya bahasa pendekatannya pun akan sangat kontras.

 

Maka disinilah validasi market pun jadi tahapan yang tidak bisa kita lewatkan, setidaknya kita harus tahu sebenarnya target market kita itu siapa saja agar strategi marketing yang kita jalankan pun bisa lebih dipermulus lagi & tepat sasaran.

 

Untuk melakukan validasi ini, kita mungkin sebenarnya tidak perlu mulai dari 0 lagi. Kita bisa saja amati kompetitor bisnis kita yang konten marketing nya terlihat cukup berhasil.

 

Mungkin banyak orang bilang bisa pakai strategi ATM, Amati - Tiru - Modifikasi. Selain itu, kita juga bisa melakukannya dengan strategi IAM, get Inspired – Adopt the strength – Magnify with our style.

 

Sebagaimana yang dikatakan oleh Austin Kleon dalam buku BestSeller nya di NY Times yaitu : “Steal Like an Artist.”

 

Nah itulah strategi-strategi yang bisa kita pelajari tentang bagaimana meningkatkan rasio konversi penjualan di setiap tahapan Sales Funneling untuk menyukseskan marketing yang kita jalankan.

 

Rangkuman dalam email ini saya ambil dari video YouTube channel Dr. Indrawan Nugroho berikut :

Video
 

Dari Catatan Bisnis diatas, kita bisa pelajari bahwa bisnis tidak bisa lepas dari yang namanya kegiatan marketing.

 

Bagaimana sebuah bisnis bisa mendapatkan banyak pelanggan, atau bahkan pelanggan loyal jika kegiatan marketing saja tidak dijalani?

 

Berbicara tentang marketing, sekarang mungkin banyak pebisnis lebih suka mengandalkan digital marketing karena cakupan nya yang lebih luas. Dan mayoritas pemula nya mungkin seringkali memakai media sosial.

 

Namun, dalam memilih channel marketing, kita juga perlu mempertimbangkan channel mana yang kira-kira paling menguntungkan bagi kita, setidaknya bisa meningkatkan ROI bisnis kita lebih besar & cepat.

 

Saat ini selain media sosial, terdapat juga banyak pilihan channel marketing lainnya yang juga bisa kita manfaatkan & bisa jadi menguntungkan lebih cepat.

 

Salah satunya adalah email marketing, channel promosi yang sudah cukup berumur namun tak jarang mampu meningkatkan ROI (Return of Investment) lebih baik dibandingkan media sosial.

 

Karena memang selain hampir semua orang yang menggunakan internet sudah pasti memiliki alamat email setidaknya 1, orang pun cenderung sering membuka dan membaca pesan email dengan cermat, bahkan email pun bisa lebih di personalisasi untuk pendekatan personal.

 

Anda dapat mengirim email langsung ke "hati" email pelanggan Anda, yaitu “Inbox” email mereka sendiri.

 

Coba mulai gunakan email marketing dan kirimkan pesan & penawaran bahkan jika target market Anda berada di puncak tertinggi dengan KIRIM.EMAIL.

Jangan lupa gunakan kode kupon CABIS untuk mulai menggunakan KIRIM.EMAIL dengan potongan langsung 10% sekarang juga.

 

Dan itulah rangkuman untuk episode CatatanBisnis.com pekan ini, sampai bertemu minggu depan. :)

 

Terima kasih

 

-Hasbi Putra

Other stories

Powered by